Minggu, 29 Agustus 2010

S Yoga Baca Puisi di Lampion Sastra 2 DKJ 2006















LAMPION SASTRA2 "BUKU BARU"

Bosan dengan peluncuran buku yang gitu-gitu aja? Proses Kreatif penulis, Diskusi, tanya jawab, padahal kita belum baca bukunya?
Yuk...nonton pembacaan karya para penulis-penulis kreatif yang baru saja meluncurkan buku barunya. Akan dibacakan karya dari buku Ucu Agustin, Dunia di Kepala Alice, S.Yoga dengan dua buku terbarunya: Patung Matahari (kumpulan sajak), dan Dalam Gelap Tanpa Cahaya Bulan dan Bintang (Novel). Masih ada Badri AQ.T yang akan mengusung kumpulan cerpen terbarunya, Buntelan.
Sementara Liza Mutiara dari Bandar Lampung akan tampil sebagai pembaca tamu. Liza adalah merupakan aktris berbakat dari Teater Satu Bandarlampung.
Tentu saja, pembacaan karya sastra tersebut akan dibawakan dengan gaya yang atraktif, dengan gaya masing-masing pembaca yang berbeda-beda.
So, tunggu apa lagi? Berbondong-bondonglah datang untuk menikmati eksplorasi alam madura dalam sajak dan Nevel S.Yoga, jangan pula lewatkan Ucu Agustin yang tak henti-hentinya menafsir ulang dongeng dan mitologi dari khazanah sastra dunia, sementara Badri akan menurunkan cerita-ceritanya dengan cara-caranya yang dingin dan tak pandang bulu.
Ajak kerabat, sahabat ke Ruang Kreatifitas terbuka, Taman Ismail Marzuki, Jumat 6 Oktober 2006, pk. 16.00 - 18.00 WIB
Acara ini akan ditutup dengan berbuka puasa bersama, dan setelah itu kita akan makan malam bersama sambil menunggu acara Tadarus Puisi 1427 H di Teater Kecil.
Informasi dan Konfirmasi:
Dewan Kesenian Jakarta, (O21) 3162780


(Puisi Sape Sono*. puisi yang dibacakan dalam acara Lampion Sastra)

SAPE SONO’*


cermin di bumi

cermin di langit

datanglah padaku


irigan irigan sesajen

arak arakan payung purba, musik saronen

terompet, siter, tetabuhan

gamelan dan gong bertalu talu

membuka rahasia hidup


langkah sepasang sapi jantan dan betina

menari nari dengan pakaian kemanten

dihiasi pernik pernik, gelang, kalung, perak

tembaga dan alis mata tegak

mata berbinar menuju pelaminan

menuju duka dan nestapa

menuju kebahagiaan dan keabadian


satu langit dan satu bumi

didandani bersepakat satu rumah

kandang sapi, bau apek, tai terbakar

pesing air kencing dan lumpur basah

adalah lantai lantai kehidupan

yang harus dijalani

di depan ada cermin

maha luas

cermin siapakah itu

tak ada yang tahu

hanya ekor sapi yang kebat kebit

mengusir lalat hijau sebesar jempol

menghisap pantat coklat bahenol


sepasang kemanten terus menari nari

seiring musik rancak bersahut

dalam rimba kata kata

terdengar cempreng di pengeras suara

yang hampir pecah

kaki kiri dan kaki kanan bersijingkat seirama saronen

kepala berlengak lengok

gemerincing genta

terpasang di leher

seperti orang berzikir

dengan pakaian warna warni

hijau pupus, merah lembayung dan kuning langsat

bagai keberanian sedang dipertaruhkan

dengan doa sekerabat dekat

dan puja puji dari nyanyian ilahi


orang orang bertepuk tangan

sambil melambai lambaikan masa lalu

dengan kaki gemetar terkena busung lapar

melepas upacara yang sedang dihelat

apakah akan lulus memasuki kehidupan


dua cermin yang terpasang

di kanan kiri gapura

memantulkan bayang bayang hitam

diselingi cahaya cahaya yang kemilau

dua sapi saling berebut simpati

dalam tarian purba yang wingit

di depan cahaya

mereka berdua berlutut

memberi sembah

dengan dua kaki tertekuk

sujud kehidupan dan sujud maut

kepada ilahi

musik mengalun kembali

dalam seruling yang meninggi

seolah suara terompet dari

yang maha jauh


di balik kelambu

sepasang kemanten sedang bercengkrama

menghitung keuntungan

dengan baju baju baru

perhiasan baru

hadiah baru

sambil ekornya

mengibas ngibas

kiri kanan

mengusir

kesunyian

lalu

saling

berbelit

dalam

diri


*Sapi Sonok, sapi Madura yang dilombakan keindahan dan kepandaiannya menari diiringgi musik.

Gapura-Sumenep 2005

(Kompas 6 November 2005)



Tidak ada komentar: