Senin, 23 Agustus 2010

Puisi Dimuat di Kompas, 4 Juli 2010


NGIBING


hutan yang sunyi

seharum tubuh terlupa

hanya jejak-jejak yang tertinggal

di mana akar pertama ditanam

malam telah bertabur bintang dan kunang


kau mulai ngibing

sambil telanjang dada

kaki menghentak pada irama kendang

selendang kuning terkalung di leher

lelaki legam sebentar lagi tambah kelam


kau buka sarung yang melingkar di bahu

kau kembangkan ke udara memanas

kau sarungkan ke tubuh penari takjub

kau menari dalam balutan ciu kedelapan

kau menari dalam sarung yang sama

kau mencari dalam jiwa yang samar


tanganmu masuk ke rusuk sebelah kiri

menemukan tulang yang selama ini dicari

penari bergelinjang ke sebelah kanan

mencari yang lebih sepi dari api


Ngawi, 2009

Kompas, 4 Juli 2010



PALGUNADI


aku belajar dengan damar di belukar

hingga fajar pada sesosok tubuh samar

untuk mengejar semua pusat dan pusar amar

yang tak pernah kudengar


kudirikan sebuah patung buntung memegang jemparing

dengan punggung melengkung serupa dirimu yang agung

dari lempung gunung menghadap gerbang kampung

agar sabdamu selalu dapat kutangkap dan kukenang


kubentangkan panah cakrawala dari busurku

ingin kubidikan pada musuh-musuh malamku

namun kau meminta agar aku tak memanah rembulan

simpan semua kesabaran pada datangnya firman


Ngawi, 2009

Kompas, 4 Juli 2010

Tidak ada komentar: