SAPI SONOK
cermin di bumi
cermin di langit
datanglah padaku
irigan irigan sesajen
musik saronen, arak arakan payung purba
terompet, siter, tetabuhan
gamelan dan gong bertalu talu
membuka rahasia hidup
langkah sepasang sapi jantan dan betina
menari nari dengan pakaian kemanten
dihiasi pernik pernik, gelang, kalung, perak
tembaga dan alis mata tegak
mata berbinar menuju pelaminan
menuju duka dan nestapa
menuju kebahagiaan dan keabadian
satu langit dan satu bumi
didandani bersepakat satu rumah
kandang sapi, bau apek, tai terbakar
dan pesing air kencing, lumpur basah
adalah lantai lantai kehidupan
yang harus dijalani
di depan ada cermin
maha luas
cermin siapakah itu
tak ada yang tahu
hanya ekor sapi yang kebat kebit
mengusir lalat hijau sebesar jempol tangan
yang menghisap pantat coklat
sepasang kemanten terus menari nari
diiringi musik bertalu talu
dalam rimba kata kata yang terdengar
cempreng di pengeras suara yang hampir pecah
kaki kiri dan kaki kanan bersijingkat seirama saronen
kepala berlengak lengok dengan gemerincing genta
yang terpasang di leher
seperti orang berdzikir
dengan pakaian warna warni
hijau pupus, merah lembayung dan kuning langsat
bagai keberanian sedang dipertaruhkan
dengan doa sekerabat dekat
dan puja puji dari nyanyian ilahi
orang orang bertepuk tangan
sambil melambai lambaikan masa lalu
dengan kaki yang gemetar terkena busung lapar
melepas upacara yang sedang dihelat
apakah akan lulus memasuki kehidupan
dua cermin yang terpasang
di kanan kiri gapura
memantulkan bayang bayang hitam
diselingi cahaya cahaya yang kemilau
dua sapi saling berebut simpati
dalam tarian purba yang wingit
di depan cahaya mereka berdua
berlutut dan memberi sembah
dengan dua kaki tertekuk
sujud kehidupan dan sujud maut
kepada ilahi
musik mengalun kembali
dalam seruling yang meninggi
seolah suara terompet dari
yang maha jauh
di balik kelambu
sepasang kemanten sedang bercengkrama
menghitung keuntungan
dengan baju baju baru
perhiasan baru
hadiah baru
sambil ekornya
mengibas ngibas
kiri kanan
mengusir
kesunyian
dan saling
berbelit
lit
*Sapi Sonok, sapi Madura yang dilombakan keindahan dan kepandaiannya menari diiringgi musik.
Gapura-Sumenep 2005
(Kompas 6 November 2005)
CEMARA UDANG
buat d zawawi imron
kau telah renta
dengan suara parau
lukisan lukisan di dinding
semua berbentuk abstrak
yang kulihat hanya sebaris
huruf alif
saban hari kau hanya mengikat diri sendiri
tak jauh dan tak dekat
tak tinggi dan tak pendek
duniamu kini hanya ada di sekitar
bonsai kata kata
kata kata yang kau ambil
dari alam dan semesta
kau bayangkan kata kata
adalah rumahmu sendiri
yang penuh dengan cemara udang
yang kau tanam dalam pot porselin
kau sirami, kau rawat dan kau potong
daun daun kata kata tumbuh ke segala arah
namun kau luruskan lagi ke arah kiblatmu
yang indah dan bersahaja
seindah suara gadis remaja
mengaji di surau senja hari
ayat ayatmu mengalun dari
lembah ke lembah
hati ke hati
di pagi hari cemara udang yang kau bonsai
tumbuh dengan dahan dahan yang lebat dan liar
seperti berkelebatannya kata kata dalam pikiranmu
yang tak tertuang dalam alifmu
kini saban pagi kau tunggui daun kata katamu
yang berguguran ke bumi
*Cemara yang berbentuk seperti udang terbalik, banyak tumbuh di Pantai Lobang, Sumenep.
Gapura-Sumenep 2005
(Kompas 6 November 2005)
ASTA TINGGI
kuburan itu seperti pasar
karnaval para pesiarah
pelancong dan kaum muda yang pacaran
tak kutemukan tempat keramat
yang dulu ada
hanya ada pohon mengkudu
tak berharga
kecuali pohon nangger
dengan kalong bergelantungan
seolah mayat yang terbungkus
kain hitam digantung di bumbungan
jejakmu kini tinggal fosil cerita lama
yang tak dipercaya
begitu pula aku yang ragu akan
kenangan kesempurnaan hidup
yang terbayang hanya selir selir
dan dayang dayang cantik yang
selalu kau keloni sebelum berperang
di mana kini rohmu berada
hanya kekosong warna senja
dan lelawar berterbangan dari
gua hidupmu
gua malammu
gua pohonmu
tempat para malaikat mengintip hidupmu di malam gelap
bagiku malam adalah maut yang menjemput
sebelum neraka pagi meminta untuk
berkorban pada nafsu duniawi
kerja kerja kerja dan kerja
jadi hidup membosankan bukan
lebih baik menghafal kitab
dan menunggu mati
berbaring bersamamu
*Makam para Adipati Sumenep
Gapura-Sumenep 2005
(Kompas 6 November 2005)
1 komentar:
Bung Yoga yang baik:
Kapan Anda gondrong lagi?
Salam hangat
Posting Komentar