SAJAK-SAJAK S YOGA
MERAPI
:mbah marijan
selalu tak kuduga kedatanganmu
sunyi sepi oleh retaknya waktu
tak kurasakan sesayat apa atas perihmu
yang merintih di bawah pohon rumpang
kedalamanmu tak mungkin kuukur
hanya sedepa rindu yang memuntahkan dahagaku
ingin kupeluk namun kau selalu menghindar
dari rengkuhan malam dan tangan-tangan kelam
wahai, kau yang bersamadi dalam rahim waktu
berikan aku petunjuk untuk menghadapmu
untuk menghadangmu agar raga ini lebih sempurna
dari kematian yang panjang
bukan arang, batu, kerikil, debu dan api yang kuminta
namun sebuah bujuk rayu agar doa-doa kelelawar
menjadi pembawa berkah, nikmat dalam sekejab sebab
namun kau selalu murka dalam tatapan rindu
oleh sebab apa dan sebab siapa, jalan-jalan menjadi
neraka bagi surga dibumi, ingin kumuntahkan saja
rinduku padamu yang bertumpuk-tumpuk menjadi batu nisan
agar semua yang mendugamu dan memandangmu
menjadi sadar bahwa firmanmu
telah tertulis di kalam waktu
tertanda di batu-batu, pohon-pohon
dan rumah-rumah yang terbakar
seperti apimu yang membawa doa-doa surga
membawa kambing, ayam, sapi dan kuda-kudamu
ke arah magrib raib dan senja yang terbakar
dan di sana, nun, bahasa-bahasa telah dibangkitkan
Purworejo, 2010
ISYARAT
hanya jejak dan pertanda
yang terurai sepanjang jalan
serupa bayang-bayang
sebelum kejatuhan yang pertama
kau tahu matahari sebentar lagi
tenggelam ke dasar ufuk
kau tahu udara hampir busuk
di antara kita
dalam perjalanan panjang tak betepi
asin garam telah kutaklukan
di rawa-rawa
ombak lautan telah kujinakan
di keluasan samudera
cangkang mati telah kugunakan
dalam penyamaran ini
di mana kuharus mencarimu
di pintumu aku mengetuk
tak ada isyarat dan jejak
seolah lubang rasa tak bertepi
Ngawi, 2010
CACING
tak ingin diduga dan dicerca
ia lahir dari rahim malam masa lalu
segelap dan sehitam batu matahari
serupa benang yang menyusup
diam-diam disebalik baju
yang berjalan di dalam kelam
tak ingin melihat cahaya terang
hanya jejak dan tanda sebagai isyarat
yang membuatnya lebih tabah dari hujan
hujan yang benar-benar turun dari langit
langit yang membuatnya lebih miris
dari jurang rahim waktu yang berdetak
yang tak pernah lelah menghitung
langkah-langkahnya sendiri
sebelum musnah dalam apimu
Ngawi, 2010
TELAGA
dalam kebeningan telaga
kusaksikan pusat yang meluruh
ruang terbuka bagi burung-burung
yang menghuni hutan dan lembah
dalam keheningan hujan pagi
paras buga menawarkan kepahitan
disebujur tanggul sawah yang dingin
embun telah menyusupkan firmannya
pada batu-batu hitam yang bersamadi
senja yang terguling dalam gelap
duka daun mahoni pun telah tersaji
belum sempat terucap kata
belum sempat membilang nama
engkau telah sirna dalam doaku
Sarangan, 2010
LARON
sayap-sayap matahari
menerbangkanmu
dari gelap-gelap gua purbani
kebebasan apa yang dicari
jika setelah itu mati
Ngawi, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar